Bolang Itang dan Kaidipang jaman pendudukan Jepang
Bolang Itang dan Kaidipang Jaman Penjajahan Jepang. ๐
Bolaang Mongondow, terdapat bolaang Mongondow Succo yang di bentuk oleh letnan udara Heriuti dan raja-raja yang ada dalam lingkungan Bolaang Mongondow Succo, ialah Ram Suit Pontoh (Kaidipang) Muhamad Taraju Datungsolang (Bintauna), Arie Van Gobel (Molibagu/Bolaang Uki) Henny Jusuf Cornelia Manopo (Bolaang Mongondow) dan Muhamad Tarungku (buol). Mereka semuanya datang di Langowan Minahasa dan menyerahkan semua kekuasaan kepada Jepang (Jendral Mori) segala sesuatu yang ada hubungannya kepangkatan sebagai raja, seperti bintang jasa, pakaian kebesaran dan dokumen-dokumen penting lainya bintang jasa ‘oranye Van Massau’ 2 buah milik Raja Ram suit Pontoh turut serta diserahkan.raja-raja itu kembali ke tempat masing-masing sbagai kepala Pemerintahan di bawah Kuasa dan pengawasan Jepang.
Di kerajaan Kaidipang Besar pimpinan pemerintahannya berganti nama yaitu raja R.S.Pontoh menjadi succo, jogugu (Hassan Rum Pontoh) menjadi gunco, Marsaoleh (Simon manggu pontoh) di Bolaang Itang dan laoh Donggala Korompot di Kaidipang menjadi huku gunco, wakil raja atau raja muda (Johan Ram Pontoh) menjadi Huku suco dan sangadi atau Sonco ialah Butaye (Poha dan jurutulis Desa).
Sonco mengkoordinir Bogodan (pertahanan Rakyat) yang terdiri dari keybodan (Barisan rakyat). Seinendan (Barisan Pemuda). Seinentai (Barisan Anak Sekolah). Dan Fujinksi (Barisan wanita). Kelihatanya titik berat kegiatan adalah urusan pertahanan sebab memang dimasa peperangan.
Sebagai tambahan atau pelengkap berikut ini akan dapat dilihat nama-nama para sonco/sangadi pada masa Jepang di wilayah Kerajaan Kaidipang Besar, Sbb:
Bolaang Itaang : Pontoh Jeremiah (bolaang Itaang), Taju usup (Talaga), Abidin Soput Lauma (Tomoagu), H.S.Babai (Jambusarang), U.Talibo (Sonuo), Monoarfa Olil (Ollot), Panju Pontoh (Paku), Sira Nani (langi), Abubakar Abu Edo pontoh (Iyok), Kader Timumu (Tote), Midi masuara (Wakat), Winowi Pontoh (Nunuka), Ambu Edo L Pontoh (Saleo)
M.Talibo (Bohabak), Madu jam Pattilima (Binjeita), Peapi Pontoh (Biontong) : khusus desa talaga sebagai sonco mula-mula adalah Pore Usup 1927-1943 sebelumnya adalah jurutulis distrik Bolaang Itaang 1918-1927 lalu diganti oleh anaknya bernama Taju Usup 1943-1950.
Kaidipang : Tonggi h. Pattajenu (Boroko), Linugu (Kuala), Tempi (Bigo), Maud Mokodompis (Pontak), Suradin Atongia (Inomunga), Jakobus (Kemus), Bulano Buhang (Tuntung), Mai Ahmad (Delapuli), bongou Monde (buko), D.Dumbela/Mai Jame (Tontulow), dan Dulah Papeo (Kayuogu).
Mula-mula sikap saudara tua jepang setiba di kaidipang sebagaimana halnya tiba di tempat lain, sangat baik dan mengambil hati, tetapi lama-kelamaan sakitnya tamparang senantiasa mendering di pipi mulai terasa di mana-mana. Tokoh-tokoh pemerintah dan militer jepang yang berkuasa di Kaidipang dan bolaang itang antara lain yaitu : (polisi) Murikawa, Matsuda, Kaiku, Kuma, Jamastha, Okamoto, Hasimoto, Takahasi, dan lain-lain semuanya dikenal baik oleh penduduk dan tak terlupakan kekejaman mereka, dan yang paling dikenal oleh rakyat karena kekejamanya ialah matsuda dan Okamoto karena keduanya adalah pemimpin pemerintahan Takahasi adalah kampetai (Polisi Militer) yang menjelang kekalahan Jepang kedapatan membunuh diri (Harakiri) dimenara lanuan Boroko (di tempat yang bernama Botu Pinaguto) dan mayatnya ditemukan oleh hukum Suco Johan Ram Pontoh.
Source : Perlawanan terhadap imperialisme Jepang di Bolaang Mongondow.
Comments
Post a Comment