Perang Pontodon

 






Pernah terjadi perang di Desa Pontodon Kecamatan Passi pada masa itu. Peristiwa perang tersebut terjadi pada tahun 1891 ada versi yg mengatakan 1901. Diceritakan awal perlawanan masyarakat Bolmong diakibatkan saat pasukan Belanda masuk di Bolmong dan merampas hak-hak masyarakat, termasuk perkebunan milik warga. Para serdadu belanda ini membuat markas di Dayow sebuah perkebunan warga milik Pontodon kala itu. Seiring berjalannya waktu daerah kekuasan belanda lebih besar  dan hampir terlihat diseluruh lokasi perkebunan terdapat markas Belanda.

Melihat adanya kondisi tersebut, warga Pontodon tidak hanya tinggal diam. Melalui Abo Kui Mokoginta yang disebut sebagai pimpinan perlawanan rakyat Pontodon,  melakukan protes terhadap mereka (Serdadu belanda) dengan cara mengadukan perampasan tanah wialayah perkebunan mereka kepada Raja Bolmong. Saat mendengar peristiwa tersebut, Raja Bolmong langsung mengundang beberapa kepala kelompok Belanda untuk menyelasaikan persoalan itu.  Maka dilakukanlah perundingan dan hasilnya di sepakati bahwa perluasan wilayah pembuatan markas belanda harus dihentikan. Setelah adanya kesepakatan tersebut, keadaan semakin membaik dan warga Pontodon kembali beraktifitas seperti biasanya.

Namun Setelah berjalannya waktu, perlawanan kepada Belanda kembali terjadi. Peristiwa ini disebut sebagai perang besar pada masa itu, atau perang orang Pontodon dengan Belanda. Peristiwa ini bermula saat salah satu warga Pontodon bernama Huruma yang berprofesi sebagai pedagang gula merah hendak menjual dagangannya ke markas belanda. Niat Huruma untuk mejual gula merah tersebut dianggap lain oleh pihak Belanda dan dirinya ditangkap, karena dituduh sebagai mata-mata rakyat Pontodon. Tak hanya ditangkap bahkan dirinya dipukul dan disiksa.

Versi lain menyebutkan ,Huruma seorang penduduk desa Pontodon pada hari Minggu memasuki markas Belanda di Papak dengan alasan akan menjual batu. Karena pelanggaran ini maka Huruma ditangkap dan dirantai oleh Belanda. Sebagai akibatnya rakyat Pontodon melaksanakan penyerangan dan pecahlah perang Pontodon yang berlangsung selama tiga bulan.

 Penyerbuan pertama dipimpin oleh dua tokoh wanita, bernama Sopina dan Abolon. Kehadiran rakyat Pontodon disambut dengan Belanda dengan tembakan. Sopina berhasil menerobos pagar dan masuk ke dalam markas. 

Dengan bersenjatakan pisau, pedang yang diikatkan pada pergelangan tangan, tombak, bambu runcing dan kapak, rakyat Pontodon menyerang dan bertahan serta berusaha memukul Belanda agar segera meninggalkan desa Pontodon dan perkebun-an Papak. Para pemimpin rakyat Pontodon yang memimpin perang melawan Belanda ini adalah :  Mama Kapala, Korompot, Pade Korompot, Ligatu , Abo Kui Mokoginta .

Lima tentara Belanda telah tewas. Haruma juga tewas. Ia dikuburkan bersama sebelas prang lainnya dalam sebuah makam. Banyak korban berjatuhan pada kedua belah pihak. Qrang lelaki berumur 10 tahun ke atas. banyak yang dibunuh dan dibuang ke Nusa Kambangan di Jawa Tengah . Dari mereka yang dibuang ke Nusa Kambangan, yang sempat kembali ke desa Pontodon ada empat orang yaitu : Bugol, Pakois, Akeg dan Bolanga. Lainnya tidak kembali lagi termasuk Limbanon dan kawan-kawannya. 

Sebagai akibat dari perlawanan ini, rakyat Pontodon banyak yang mengungsi ke :

 Kayumoyondi (Bolaang Mongondow), Ponikian (Minahasa),Ongkau (Minahasa) dan Ratatotok (Minahasa). Markas kedudukan Controleur di Papak dipindah-kan ke Kotamobagu. Perang Pontodon telah memberikan situasi baru bagi Bolaang Mongondow ,masyarakat Pontodon dibawah pimpinan Abo Kui Mokoginta melakukan perlawan dengan mengumpulkan seluruh warga desa Pontodon. Dengan menggunakan parang dan bambu runcing warga Pontodon melakukan penyerangan ke markas  Belanda yang saat itu   dilengkapi dengan senjata militernya. Karena jumlah yang terbatas dan persenjataan yang masih ala tradisonal, akhirnya masyarakat Pontodon banyak yang menjadi korban dalam perang tersebut. Ratusan warga menjadi tahanan  dan  diasingkan ke Manado dan pulau Jawa. Abo Kui Mokoginta yang saat itu lolos dalam pertempuran itu, mendapatkan perlindungan dari pihak Kerajaan Bolmong.



Source: 

●Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme Dan Kolonialisme di Sulawesi Utara.

● Perang Rakyat Pontodon melawan Belanda 




Comments

Popular posts from this blog

Mokodompit leluhur Kerajaan Bolang itang

Surat Sultan Banten Ageng Tirtayasa

DEKKAN