Surat Ratu Inggris Kepada Sultan Aceh

 



📚


Surat Ratu Elizabeth I kepada Sultan 'Alauddin Ri'ayat Syah bin Firman Syah, Tahun 1601.

Kerajaan Inggris telah mengetahui tentang kesultanan Aceh di Kepulauan Melayu yang jauh itu, tentang rajanya dan perihal ladanya yang melimpah yang dapat diambil di sana. Informasi itu dikumpulkan oleh John Davis (l. 1550 — w. 29 Desember 1605), Juru mudi Inggris yang berhasil menyelinap di dinas 'de Houtman bersaudara' pada waktu pelayaran Zelandia yang pertama (berangkat pada 1598 dan iringan kapal mereka singgah di Aceh pada 21 Juni 1599).

Ketika Perusahaan Hindia Timur Inggris untuk pertama kalinya mengirim kapal-kapal ke Kepulauan Melayu, pimpinannya Sir James Lancaster menerima dari Ratu Elizabeth sepucuk surat resmi untuk disampaikan kepada Sultan Aceh. Lancaster berangkat bulan April 1601, ia memimpin empat kapal,   ⚓'Red Dragon', 'Hector', 'Susan', dan 'Ascension', dan dalam rombongan ini John Davis ikut serta juga sebagai pilot mayor. Mereka singgah di Aceh dengan membawa surat Elizabeth pada Juni 1602. 
Sebagai balasannya Sultan 'Alauddin Ri'ayat Syah mengeluarkan surat 'Pernyataan Mengenai Perniagaan dengan Pedagang-pedagang Inggris', dan menerbitkan 'Surat Izin Berdagang' yang diterima Sir Henry Middleton (l. 1570 – w. 24 Mei 1613).

Perlu untuk diperhatikan bahwa dalam suratnya itu Ratu Elizabeth menonjolkan rasa permusuhan yang sama-sama dirasakan oleh Inggris dan Aceh terhadap bangsa Portugis dan Spanyol, hal itu dinyatakan untuk meningkatkan hubungan antara mereka; alasan itu juga sudah lebih dulu dipakai oleh Pangeran Maurits (l. 14 November 1567 – w. 23 April 1625) dari Belanda dalam suratnya yang bertanggal 11 Desember 1600.




Berikut ini merupakan terjemahan surat Ratu Elizabeth I kepada Sultan 'Alauddin Ri'ayat Syah :

📃✍

"Elizabeth dengan Restu Tuhan Ratu Inggris, Prancis dan Irlandia, Pembela Iman dan Agama Nasrani, kepada Raja Aceh dan seterusnya yang besar dan berkuasa, di Pulau Sumatera, saudara kami yang dikasihi, salam!
   Tuhan yang Mahakekal dengan pengetahuan dan pemeliharaan-Nya telah menyediakan restu-Nya dan hal-hal baik hasil ciptaan-Nya untuk dipakai dan dimakan umat manusia sedemikian rupa hingga meskipun tumbuhnya di berbagai kerajaan dan daerah di dunia, namun karena kerajinan manusia (yang tergugah oleh Ilham dari Pencipta yang Mahakuasa itu) tersebar ke tempat-tempat yang paling terpencil di jagat, supaya dalam hal ini pun karya-karya-Nya yang mengagumkan itu nyata bagi semua bangsa, sedangkan diatur-Nya sedemikian rupa hingga negeri yang satu bisa memerlukan yang lain dan dengan demikian tidak hanya memupuk pergaulan dan pertukaran barang dan buah mereka yang di negeri-negeri tertentu berlimpah ruah dan di negeri-negeri lain kurang sekali, tetapi juga menimbulkan kasih sayang dan persahabatan antara manusia, suatu hal yang sudah sewajarnya dari Tuhan.

   Karena kami hormati semuanya itu Raja yang adil dan mulia dan juga karena kami hormati nama mulia Paduka yang benar-benar layak bagi raja dan yang telah tersebar sampai ke mari mengenai perlakuan Yang Mulia yang luhur dan manusiawi terhadap orang asing yang singgah di kerajaan Yang Mulia dengan kasih dan damai untuk melakukan perdagangan sambil membayar bea cukai yang diwajibkan, maka kami berkenan memberi izin kepada hamba kami yang dengan keinginan baik yang patut dihargai berlayar untuk mengunjungi kerajaan Yang Mulia, betapapun besarnya bahaya dan sengsara di laut yang sudah dengan sendirinya timbul dalam pelayaran semacam itu yang (dengan restu Tuhan) benar-benar akan mereka tempuh, yaitu pelayaran yang paling jauh yang dapat ditempuh di dunia ini, dan untuk menawarkan dagangan kepada hamba Yang Mulia. Dan kalau tawaran mereka akan diterima oleh Paduka Yang Mulia dengan kasih dan restu yang kami harapkan dari raja yang sebesar dan sedemikian murah hatinya seperti Yang Mulia, maka kami berjanji untuk mereka bahwa untuk selanjutnya tak pernah Yang Mulia akan mempunyai alasan untuk menyesalinya, malahan sebaliknya Yang Mulia akan sangat menyenanginya; karena urusan mereka bakal jujur dan ucapan bisa diandalkan, dan kami berharap supaya mereka akan membuktikannya sedemikian rupa hingga permulaan ini akan merupakan penegasan abadi akan kasih sayang hamba kita pada kedua belah pihak, dengan membawa dari kami barang dan dagangan yang diperlukan Yang Mulia di sana. Sehingga Paduka Yang Mulia akan terlayani dengan baik dan akan lebih puas daripada dengan bangsa Portugis dan Spanyol, musuh kita, satu-satunya dari daerah ini tak ada lainnya yang telah mengunjungi kerajaan Yang Mulia dan kerajaan-kerajaan lain di Timur tapi yang tidak menghendaki bangsa-bangsa lain berbuat yang sama; mereka mengaku dirinya raja dan penguasa mutlak atas semua kerajaan dan provinsi yang mereka anggap taklukan dan warisan mereka sendiri, sebagaimana nampak dari gelar mereka yang megah dalam tulisan-tulisan mereka; kebalikannya baru-baru saja nampak kepada kami, juga bahwa Paduka Yang Mulia dan keluarga Paduka, yang memerintah sebelumnya dengan restu Allah dan berkat kegagahan mereka telah berhasil tidak hanya membela kerajaan-kerajaan Yang Mulia sendiri, tetapi juga memerangi bangsa Portugis di tanah-tanah yang mereka miliki, yaitu di Malaka, pada tahun Masehi 1575, di bawah pimpinan kapten Yang Mulia yang gagah berani, 'Ragamacota', dengan akibat mereka kalah besar dan mahkota dan kerajaan yang mulia dihormati untuk selama-lamanya.
  Sekarang kalau dengan restu Yang Mulia dan dengan perlindungan dan pembelaan Yang Mulia, paduka Yang Mulia berkenan menerima hamba-hamba kami ini sehingga sekarang dan setiap tahun sesudahnya mereka dapat melakukan urusan mereka dengan bebas, maka pembawa surat ini yang berpangkat pimpinan empat kapal ini telah mendapat perintah (dengan izin Yang Mulia) untuk meninggalkan beberapa petor dalam sebuah rumah perdagangan yang kokoh di kerajaan Yang Mulia sampai ada kapal-kapal lain yang pergi ke sana, yang akan berangkat sesudah yang ini kembali; dan agen-agen yang ditinggalkan itu akan belajar bahasa dan adat hamba Yang Mulia supaya dapat berbicara dengan mereka dengan cara yang lebih baik dan lebih sopan. Dan supaya persekutuan dan persahabatan antara kita menjadi lebih teguh, kami bersenang hati sekiranya Yang Mulia berkenan menyuruh buatkan perjanjian yang wajar, dan supaya pembawa surat ini berbuat yang sama atas nama kami; yang kami janjikan akan kami lakukan dengan sepenuhnya sebagaimana selayaknya tindak raja, baik mengenai perjanjian yang ini maupun perjanjian-perjanjian dan pernyataan-pernyataan yang akan disampaikannya kepada Yang Mulia; dan kami harapkan dengan sangat Yang Mulia akan memberi kepadanya kepercayaan dan pujian sepenuhnya, dan semoga Yang Mulia akan menerimanya beserta orang-orang lain yang mengiringinya di bawah perlindungan Yang Mulia, dan akan mengizinkan mereka apa yang masuk akal dan yang benar. Dan dari pihak kami, kami berjanji akan mengimbali pada taraf yang sama dengan segala sesuatu yang bakal diperlukan Yang Mulia dari kerajaan-kerajaan kami. Dan kami inginkan Yang Mulia berkenan mengirim jawaban melalui pembawa surat kami ini supaya kami dengan demikian mengetahui apabila Yang Mulia menerima persahabatan dan persekutuan yang kami tawarkan, yang kami harapkan bakal dimulai dengan baik dan akan berlangsung bertahun-tahun lamanya".


*Terjemahan dikutip dari buku Kerajaan Aceh Zaman Iskandar Muda (1607 - 1636), Denys Lombard, 2014, hlm 318-321.
-------------------------------------------------------------
Catatan:

- Surat asli Ratu Elizabeth tersebut sudah hilang, tetapi sekitar seperempat abad kemudian Samuel Purchas (l. 1570 — w. 1626) sebelum kematiannya menerbitkan salinannya yang ditemukan di antara arsip-arsip Lancaster; teksnya diterbitkan kembali tahun 1940, dalam The Voyages of Sir James Lancaster to Brazil and the East Indies, Hakluyt Society, LXXXV, London, dengan pengantar dan catatan oleh Sir William Foster (l. 19 November 1863 – w. 11 Mei 1951) yang saat itu menjabat sebagai Presiden 'The Hakluyt Society'.

- Bersama surat tersebut, Lancaster juga menyerahkan hadiah dari Ratu Elizabeth kepada Sultan 'Alauddin berupa sebuah belanga dari perak dengan air mancur di tengahnya yang beratnya dua ratus lima ons, cawan berdiri (piala) perak yang besar, gelas kaca yang tampak mewah, topi baja dengan hiasan bulu, sekotak pistol yang sangat cantik, dan sabuk tempa bersulam mewah untuk menggantung pedang dan kipas bulu.

Source:  Foto wikipedia .
                FB Perisai Putih Atjeh.

Comments

Popular posts from this blog

Mokodompit leluhur Kerajaan Bolang itang

Surat Sultan Banten Ageng Tirtayasa

DEKKAN