Dontu Damopolii sang Penambang Emas


 Foto tambang emas di Bolaang Mongondow.         Timur tempo dulu.



Menjelang pertengahan tahun 1800-an Dontu Damopolii pemuda asal Pobundayan melamar salah satu Putri dari Raja Abraham Sugeha ( Raja Bolaang Mongondow ) bernama Bai’ Lansong Sugeha. Melalui Proses adat istiadat Bolaang Mongondow, Pemuda Dontu Damopolii ini harus menanggung berbagai ketentuan adat sesuai dengan permintaan pihak mempelai wanita, terutama Tujuh ( 7 ) Kokasi Emas “pen’ pitu no kokasi in bulawan” Kokasi yang dimaksud dalam Bahasa adat tersebut yaitu Bambu Emas yang di potong ukuran 1 jengkal dalam tiap Ruas Bambu, Setiap satu ( 1 ) Kokasi itu di isi penuh dengan Biji-biji Emas. Untuk memenuhi ketentuan adat tersebut sang pemuda Dontu Damopolii pergi ke DAGAT TO BOTAK tepatnya lokasi DOUP atau disebut PANANG sekarang ini, dan membuat GUANG atau Galian secara Tradisional. Dibuat seperti Paritan menuju kearah gunung,paritannya dilapisi dengan ijuk Pohon Aren, kemudian bongkahan gunung itu diboangkar dengan KOKALI. Kokali ini dibuat dari pohon ENAU


yang di Belah di jadikan seperti linggis, kemudian bongkahan gunung tersebut di hanyutkan dengan air melalui puritan yang berlapis ijuk Aren. Kemudian air itu diambil dari arah hulu sungai dan di salurkan melereng gunung sampai di penghujung Lereng di sambung dengan Pohon Enau yang besar dan dibelah dua Membentuk pipa belah di jadikan pancuran air. Lalu pancuran tersebut diarahkan ke bongkahan gunung ( material emas ) yang dibongkar dengan KOKALI ( penggali ) kemudian di hanyutkan melalui puritan berlapis ijuk tersebut. Hanyutan material Lumpur tersebut di garuk-garuk supaya pasir hitamnya mengendap pada ijuk, pasir hitam tersebut di sebut GINTO’ ( dalam bahasa Mongondow ). Dimana ada pasir hitam atau Ginto’ disitu juga ada biji-biji-an emas lepas. Pasir hitam sering disubut MASURU PASIR atau yang di sebut sekarang PASIR BESI ( Bijih Besi ). Makanya setiap 1 M3 Pasir Besi mengandung Emas 2-3 grm atau Lebih.


Sambil mencari dan mengumpulkan biji-biji emas tersebut Aki Dontu membuka kebun di arah UTARA DOUP/PANANG tepatnya jalan Bokaka sekarang ini,sampai Beliau dapat mengumpulkan tujuh ( 7 ) Kokasi Emas ( Mahar Perkawinan ).

Adapun Bambu Emas tempat penyimpanan Biji-biji emas tersebut di buat sedemikian rupa sehingga berbentuk Tabung berukir. Dan di dalam proses pengambilan biji-biji emas cara pemisahanya ( Pasir dan biji emas tersebut ) apabilah dilihat Endapan Pasir di Paritan sudah merata air di keringkan kemudian pasir yang sudah menipis Rata, diangkat beserta ijuknya dan diletakan ke dalam nampan yang terbuat dari Akar Kayu, Oleh penambang disebut DULANG, kemudian pasir itu di Dulang sampai tersisah pasir hitam dan biji emas. Kemudian pasir hitam dan biji emas tersebut dipindahkan pada sebuah tempat seperti baki atau Loyang dan sejenisnya lalu di jemur sampai kering.


Setelah kering pasir hitam di pisahkan dari biji emas dengan menggunakan besi berani ( Magnet ) atau Gunting. Sampai hanya tersisah biji emasnya. Nah.!! Biji emas inilah yang dimasukan kedalam Bambu Kokasi tersebut, Demikianlah sekelumit cara menambang tradisional


Setelah Aki Dontu Damopolii sudah berhasil mengumpulkan Tujuh (7) Potong Kokasi Bambu Berisi Biji Emas, beliau langsung menikah dengan Bai’ Lonsung Sugeha ( Putri Raja Abraham Sugeha ), karena beliau tidak mau menjadi Pejabat Kerajaan dan atas permintaan Sang istri supaya menjadi rakyat biasa maka Sang Raja Menganugerahkan Tanah yang berlokasi di daerah Bokaka.



Ditempat inilah kedua suami isteri itu beserta budak-budak pemberian Raja bermukim, yang oleh Aki Dontu para Budak di sebut dengan UTAT/SUDARA ( Kerabat ), dari bokaka inilah Aki Dontu mengajak Utat-utatnya yang berada di Bakan antara lain Aki Bagoa dan Kawan-kawan, kemudian Aki Bagoa beserta beberapa orang teman datang meneruskan Guang ( pengolahan emas secara tradisional ) yang dibuat oleh Aki Dontu. Rutinitas itu dilakukan oleh mereka setelah pasca Panen Jagung atau Padi di kebun berakhir. Karena GUANG yang berada di Lokasi PATENDE ( antara BAKAN dan TUNGOU ) dan SIRANG      ( antara BATU PINUPUL dan BAKAN ) Hasilnya kurang memadai.


Pada masa itu di pesisir Pantai KonTAMBUNAN ( sekarang KOTABUNAN ) sudah di diami oleh orang-orang suku BUGIS,BONE dan BUTON yang lari mengungsi dari Perang ARUPALAKA                          ( Perang Saudara).


Source: emaspanang.blogspot.com

Foto: Historia BMR.

Comments

Popular posts from this blog

Mokodompit leluhur Kerajaan Bolang itang

Surat Raja Siau Jacob Ponto